Contoh Ringkasan Artkel/Jurnal Ilmiah


CivilandEnvironmentalResearch                                                                                                                                                    www.iiste.org ISSN 2224-5790 (Paper) ISSN 2225-0514 (Online) Vol.7, No.8, 2015 

Assessment of Qualitative Adequacy of Public Housing Schemes in Ado-Ekiti, Nigeria

Abiodun Olukayode Olotuah
Department of Architecture, Federal University of Technology Akure 34001, Nigeria

Abstract
Nigeria is a developing country with severe housing deficiency. The quality of housing is particularly poor, and there is a high magnitude of housing needs while the vast majority of the populace does not have the wherewithal to make effective demand.  There has been public sector intervention to ameliorate the appalling situation over the years, beginning from the pre-independence era. Public housing schemes have been embarked upon by government in various locations nationwide. This paper appraises public housing schemes in Ado-Ekiti, the capital city of Ekiti State, Nigeria in terms of their qualitative adequacy and hence their livability. Twenty- five (25) variables were examined in 146 buildings comprising 243 cases.  Quality indices were derived for the variables which enabled the determination of a numerical value for the qualitative adequacy for each of the housing schemes studied. The qualitative adequacy values obtained indicate that the estates are barely above average in livability and thus are deserving of critical attention by the authorities concerned (the Federal Ministry of Housing and Urban Development, and the State Housing Corporation). Keywords: development, housing, public, quality, variables.

Summary and  Concusion
Housing studies in Nigeria have shown that there is a monumental deficiency in housing quality in the country's urban centres (Daramola, Oluwole, Aduwo and Ogbiye, 2005; Adegbehingbe, 2011; Olotuah, 1997, 2000). The rural areas do not fair better. Rural areas lack safe, sanitary and secure housing.  Rural dwellers do not have access to public infrastructure and services such as safe drinking water, electricity and sewage disposal (Olotuah, 2005).   The rate of provision of new housing stock in Nigeria lags severely behind the rate of population growth resulting in staggering housing shortages (Adejumo, 2008, Olotuah 2002). Nigeria requires more than 70,000 housing units to cope with the population trend (Onyebueke, 2002; Isimi, 2005; Okedele, Adebayo, Iweka and Uduma-Olugu, 2009, Olotuah & Aiyetan 2006). State Governments have similar programmes of housing provision which were mainly executed through the housing corporations or property development authorities of the various states. The corporations embarked upon the construction of houses in estates for the general public. The old Ondo State housing corporation built a number of housing units in various estates. The state housing estate at Ado Ekiti is one of such estates. These two estates at Ado-Ekiti form the subject of this appraisal, to evaluate their qualitative adequacy which is an indicator of their livability.
Conclusion This paper appraises the qualitative adequacy of public housing schemes in Ado-Ekiti Nigeria which were built to ease the housing problems of the city's populace. The quality of life in the estates is of paramount importance as housing needs have qualitative dimensions. The qualitative adequacy values obtained indicate that the estates are barely above average in qualitative adequacy and thus are deserving of critical attention by the authorities concerned i.e the Federal Ministry of Works and Housing and the State Housing Corporation.
















Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 1, Maret 2013 ISSN 2087-9334 (35-41)

EVALUASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  PENGELOLAAN RUSUNAWA  (Studi Kasus : Rusunawa Wangurer, Tangkoko dan Unsrat)

Jan Soukotta
 B. F. Sompie, J. Timboeleng
 Teknik Sipil, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRACT
Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan rusunawa termasuk keterjangkauan (rasio pendapatan dan biaya), kecukupan (kualitas dan kepadatan hunian) kondisi lingkungan dan ketersediaan. Penelitian ini dilakukan di rusunawa (Wangurer dan Tangkoko) di kotamadya Bitung dan rusunawa Unsrat terletak di kampus UNSRAT Manado
Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Pengolahan data menggunakan proses hirarki analitik (AHP) melalui ahli pilihan program komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk semua tiga rusunawa, faktor lingkungan (26%) berada pada nilai tertinggi diikuti faktor hunian (16%), faktor pemanfaatan fisik (14,7%), tubuh faktor yang mengatur (10,2%), faktor kemampuan ekonomi (9,4 %), faktor peran pemerintah daerah (8,2%), faktor regulasi (8,2%) dan faktor pemberdayaan sosial (7,1%). Hasil per-rusunawa yang memenuhi delapan faktor yang rusunawa Tangkoko, diikuti rusunawa Wangurer dan rusunawa Unsrat. Kesimpulannya, faktor lingkungan menyatakan rusunawa penempatan ketiga pada target, bebas banjir, sehat, tidak berdekatan dengan wilayah pemukiman, dan dapat diakses dengan mudah dengan moda transportasi lainnya. Selanjutnya rusunawa Tangkoko berada di atas atau yang terbaik, karena memenuhi kriteria manajemen delapan faktor rusunawa, diikuti oleh rusunawa Wangurer dan sewa flat Unsrat, tidak rusunawa. Disarankan bahwa perlu sosialisasi berkelanjutan dari aturan / peraturan mengenai pengelolaan rusunawa untuk berpenghasilan rendah (MBR).


RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Salah satu pendekatan untuk mengatasi masalah perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang telah dilakukan dibeberapa kota besar dalam rangka memperbaiki lingkungan kumuh ialah dengan membangun rumah susun (PP No.16 Tahun 1985; PP No. 4 Tahun 1988).  Di Sulawesi Utara terdapat rusunawa yang peruntukannya sesuai fungsi, dimana untuk  penelitian ini, dilakukan pembatasan untuk rusunawa-rusunawa Wangurer dan Tangkoko serta rusunawa Unsrat di lokasi kampus Unsrat Manado.  Berdasarkan identifikasi, rusunawa-rusunawa tersebut patut diteliti karena akan memberikan informasi, apakah masih layak untuk dihuni, sehat dan terjangkaukah oleh MBR, serta bagaimana kemampuan pengelolaannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, sebagai berikut, Sistem pengelolaan di Rusunawa (Wangurer, Tangkoko, dan Unsrat) yang memperhatikan faktor-faktor pemanfataan fisik, penghunian, lingkungan, pemberdayaan sosial, kemampuan ekonomi, badan pengelola, peranan pemerintah daerah dan regulasi dapat menghindarkan rusunawa dari penurunan kualitas hunian. Bangunan konstruksi Wangurer dan Tangkoko merupakan rusunawa dengan pengelolaan yang baik untuk umum sedangkan bangunan rusun Unsrat bukanlah rusunawa karena tipologi arsitekturnya dikonstruksikan dan dikelola secara khusus untuk mahasiswa/i baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

uji amilum, glukosa, protein dan lemak pada bahan makanan

karya tulis "Membangun karakter pemuda melalui 4 pilar"