PENGANTAR KEPENDUDUKAN DAN DEMOGRAFI
PENGANTAR KEPENDUDUKAN DAN DEMOGRAFI
HUBUNGAN KEMISKINAN DENGAN MASALAH NATALITAS DAN
MORTALITAS (STUDI : KECAMATAN TAMBORA)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. 1
Latar
Belakang
Kemiskinan telah membuat Jutaan rakyat tidak
bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan,
kurangnya tabungan dan tidakada investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik,
kurangnya lapanganpekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap
keluarga,menguatnya arus migrasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskina menyebabkan
jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papansecara terbatas.
Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk mendapatkanpendidikan yang layak,
kesehatan yang terjamin, mendapatkan pekerjaan yanglayak dan kemiskinan menjadi
alasan yang sempurna rendahnya HumanDevelopment Index (HDI) Pembangunan Manusia
Indonesia.
Bukannya masyarakat miskin yang terus
berkurang malah isu-isu ketimpangan sosial yang justru muncul kepermukaan tak
memandang itu di perkotaan maupun di pedesaan. Dewasa ini penggalakan program
pemerintah dalam mengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat terus
dilaksanakan, dengan demikian pemberian bantuan kesetiap kecamatan berupa
kucuran dana guna mendukung perencanaan masyarakat dalam pengembangan daerahnya
dan juga program pemerintah berupa pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan di
perkotaan. Hal ini belum mampu mengangkat masyarakat marginal dan terpinggirkan
dari garis kemiskinan.
DKI Jakarta merupakan ibukota Negara
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 9.15 juta jiwa
sehimgga Jakarta merupkan salah satu kota terpadat di wilayah Negara Indonesia.
Dengan jumlah penduduk yang banyak maka DKI Jakarta mempunyai banyak masalah
kependudukan yang salah satunya adalah masalah kemiskinan yang kurun tahun
jumlahnya selalu meningkat.
Lebih khususnya pada Kecamatan Tambora,
di kawasan Jakarta Barat. Tercatat ada sekitar 213.677 jiwa penduduk dengan
tingkat kepadatan 39.496 jiwa per km persegi. Tak heran jika kawasan ini
menyandang predikat sebagai kawasan terpadat se-Asia Tenggara. Begitu banyak
masalah-masalah sosial yang timbul, mulai dari pemukiman penduduk yang padat
dan kumuh, rawan sekali terhadap bencana kebakaran, hingga sampai pada tingkat
kemiskinan yang tinggi.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas, rumusan masalahnya, yaitu:
1. Bagaimana
masalah kemiskinan yang berhubungan dengan Natalitas dan Mortalitas?
2. Bagaimana
masalah kemiskinan yang terjadi di kecamatan Tambora, Jakarta Barat?
3. Apa
saja faktor-faktor pendorong dan penghambat masalah Natalitas dan Mortalitas?
4. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan yang tinggi?
1.3
Tujuan
Penulisan
Dari rumusan
masalah diatas, tujuan masaalahnya, yaitu:
1. Untuk
menganalisis masalah kemiskinan yang berhubungan dengan Natalitas dan
Mortalitas.
2. Untuk
menganalisis masalah kemiskinan yang terjadi di kecamatan Tambora, Jakarta
Barat.
3. Untuk
menganalisis faktor-faktor pendorong dan penghambat masalah Natalitas dan
Mortalitas.
4. Untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan yang tinggi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Kemiskinan
Pada dasarnya, kemiskinan merupakan
persoalan klasik yang telah ada sejak umat manusia ada. Kemiskinan merupakan
persoalan kompleks, berwajah banyak, dan tampaknya akan terus menjadi persoalan
aktual dari masa ke masa. Meskipun sampai saat ini belum ditemukan suatu
rumusan ataupun formula penanganan kemiskinan yang dianggap paling berdayaguna,
signifikan, dan relevan, pengkajian konsep dan strategi penanganan kemiskinan
harus terus menerus diupayakan. Pengupayaan tersebut tentu sangat berarti sehingga
kemiskinan tidak lagi menjadi masalah dalam kehidupan manusia.
2.1.1 Teori
Neo-Liberal.
Shanon, Spicker, Cheyne, O’Brien
dan Belgrave berargumen bahwa kemiskinan merupakan persoalan individual yang
disebabkan oleh kelemahan dan pilihan individu yang bersangkutan. Kemiskinan
akan hilang sendirinya jika kekuatan pasar diperluas sebesar-besarnya dan
pertumbuhan ekonomi dipacu setinggi-tingginya. Secara langsung, strategi
penanggulangan kemiskinan harus bersifat residual sementara, dan hanya
melibatkan keluarga, kelompok swadaya atau lembaga keagamaan. Peran negara
hanyalah sebagai penjaga yang baru boleh ikut campur manakala lembaga-lembaga
di atas tidak mampu lagi menjalankan tugasnya.
2.1.2 Teori
Sosial Demokrat
Teori ini memandang bahwa
kemiskinan bukanlah persoalan individu, melainkan struktural. Kemiskinan
disebabkan oleh adanya ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat
tersumbatnya akses kelompok kepada sumber kemasyarakatan. Teori sosial demokrat
menekankan pentingnya manajemen dan pendanaan negara dalam pemberian pelayanan
sosial dasar bagi seluruh warga negara dan dipengaruhi oleh pendekatan ekonomi
manajemen permintaan gaya Keynesian. Meskipun teori ini tidak setuju sepenuhnya
terhadap pasar bebas, kaum sosial demokrat tidak anti sistem ekonomi kapitalis.
Bahkan kapitalis masih dipandang sebagai bentuk organisasi ekonomi yang paling
efektif. Hanya saja sosial demokrat merasa perlu ada sistem negara yang
mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Pendukung sosial demokrat berpendapat bahwa kesetaraan merupakan
prasyarat penting dalam memperoleh kemandirian dan kebebasan. Pencapaian
kebebasan hanya dimungkinkan jika setiap orang memiliki sumber kesejahteraan.
Kebebasan lebih dari sekedar bebas dari pengaruh luar, melainkan bebas pula dalam
menentukan pilihan.
2.1.3 Teori
Marjinal
Teori ini berasumsi bahwa
kemiskinan di perkotaan terjadi dikarenakan adanya kebudayaan kemiskinan yang
tersosialisasi di kalangan masyarakat tertentu.
Oscar Lewis (1966) adalah tokoh
dari aliran teori marjinal. Konsepnya yang terkenal adalah Culture of Poverty.
Menurut Lewis, masyarakat di dunia menjadi miskin karena adanya budaya
kemiskinan dengan karakter apatis, menyerah pada nasib, sistem keluarga yang
tidak mantap, kurang pendidikan, kurang ambisi membangun masa depan, kejahatan
dan kekerasan banyak terjadi.
Ada dua pendekatan perencanaan yang
bersumber dari pandangan teori marjinal:
• Prakarsa
harus datang dari luar komunitas;
• Perencanaan
harus berfokus pada perubahan nilai, karena akar masalah ada pada nilai.
2.1.4 Teori
Development
Teori Developmental (bercorak
pembangunan) muncul dari teori-teori pembangunan terutama neo-liberal. Teori
ini mencari akar masalah kemiskinan pada persoalan ekonomi dan masyarakat
sebagai satu kesatuan.
Ada tiga asumsi dasar dari teori ini:
• Negara
menjadi miskin karena ketiadaan atribut industrialisasi, modal, kemampuan
manajerial, dan prasarana yang diperlukan untuk peningkatan ekonomi.
• Pertumbuhan
ekonomi adalah kriteria utama pembangunan yang dianggap dapat mengatasi masalah-masalah
ketimpangan.
• Kemiskinan
akan hilang dengan sendirinya bila pasar diperluas sebesar-besarnya dan
pertumbuhan ekonomi dipacu setinggi-tingginya.
Ketiga asumsi tersebut
memperlihatkan bahwa kemiskinan yang terjadi bukanlah persoalan budaya, sebagaimana
anggapan teori marjinal melainkan adalah persoalan ekonomi dan pembangunan.
2.1.5
Teori Struktural
Teori ini didasari oleh pemikiran
yang berasal dari teori ketergantungan yang diperkenalkan oleh Andre Gunder
Frank (1967), Capitalism and the Underdevelopment in Latin America, dan juga
oleh Teothonio Dos Santos dan Samir.
Teori struktural berasumsi bahwa kemiskinan terjadi
bukan karena persoalan budaya dan pembangunan ekonomi, melainkan
politik-ekonomi Dunia.
Teori ketergantungan mengajukan tiga asumsi utama:
• Dunia
didominasi oleh suatu perekonomian tunggal sedemikian rupa sehingga semua
negara di dunia diintegrasikan ke dalam lingkungan produksi kapitalisme yang
menyebabkan keterbelakangan di negara miskin.
• Negara-negara
inti menarik surplus dari negara miskin melalui suatu matarantai
metropolis-satelit.
• Sebagai
akibatnya negara miskin menjadi semakin miskin dan negara kaya semakin kaya.
Dengan berdasar pada asumsi teori
ketergantungan tersebut teori struktural mengajukan asumsi bahwa kemiskinan di
dunia harus dilihat pada suatu konstelasi ekonomi internasional dan struktur
politik global yang menerangkan bahwa ketergantungan yang menjadi penyebab
negara terbelakang dan masyarakatnya menjadi miskin.
2.1.6
Teori Artikulasi Moda Produksi
Teori ini adalah salah satu teori
yang dikembangkan oleh Pierre Phillipe Rey, Meillassoux, Terry, dan Taylor,
dari pemikiran karya Karl Marx dan Frederic Engels mengenai Moda Produksi (Mode
of Production). Teori ini berasumsi bahwa reproduksi kapitalisme di negara-negara
miskin terjadi dalam suatu simultanitas tunggal di mana pada sisi negara miskin
terjadi artikulasi dari sedikitnya dua moda produksi (moda produksi kapitalis
dan pra-kapitalis). Koeksistensi dari kedua moda produksi tersebut menghasilkan
eksploitasi tenaga kerja murah dan problem akses bagi kelompok masyarakat
miskin yang masih tetap berada dalam ranah moda produksi pra-kapitalis.
Strategi penanganan kemiskinan yang
ditawarkan oleh teori artikulasi moda produksi dikenal dengan person in
environtment dan person in situation yang dianalogikan sebagai strategi
ikan-kail memberikan keterampilan memancing, menghilangkan dominasi kepemilikan
kolam ikan oleh kelompok elit dalam masyarakat, dan mengupayakan perluasan
akses pemasaran bagi penjualan ikan.
2.2 Masalah Natalitas
Natalitas
adalah angka kelahiran, yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kelahiran
pertahun. Atau untuk melihat laju pertambahan kelahiran dan kesuburan di suatu
daerah. Dalam
pengertian demografi, natalitas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan, yang
mencerminkan jumlah bayi yang dilahirkan.
Cara menghitung angka natalitas
adalah dengan menghitung banyaknya bayi yang dilahirkan dari setiap 1000
penduduk pertahun.
Faktor-faktor Pronatalitas (Pendorong natalitas)
1.
kawin pada usia muda
2.
anggapan banyak anak, banyak rezeki
3.
tingginya tingkat pergaulan bebas
4.
anggapan anak laki-laki lebih berharga
Faktor-faktor Antinatalitas (Penghambat natalitas)
1.
menunda usia perkawinan
2.
adanya ketentuan batas usia menikah
3.
program Keluarga Berencana dari pemerintah
4.
pembatasan tunjangan anak bagi PNS
2.3 Masalah Mortalitas
Mortalitas adalah angka yang
menunjukkan banyaknya penduduk yang meninggal per tahun di daerah tertentu.
Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka
kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran.
Jika dalam suatu masyarakat
memiliki tingkat kesehatan yang rendah maka tingkat kematian bayinya akan
menjadi tinggi. Angka kematian atau sering disebut Mortalitas adalah jumlah
kematian dalam setiap 1000 penduduk dalam waktu 1 tahun.
Faktor-faktor
Promortalitas (Pendorong mortalitas)
1.
adanya bencana alam
2.
adanya peperangan
3.
sanitasi lingkungan yang buruk
4.
kecelakaan lalu lintas
5.
tindakan bunuh diri
Faktor-faktor antimortalitas
(Penghambat kematian)
1.
sanitasi lingkungan yang sudah baik
2.
perbaikan gizi masyarakat
3.
tingkat kesejahteraan masyarakat tinggi
4.
keberhasilan ajaran agama untuk melarang bunuh
diri
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini berfokus pada
permasalahan yang terjadi di kecamatan Tambora, Jakarta Barat yaitu
permasalahan kemiskinan yang tinggi serta hubungannya dengan Natalitas dan
Mortalitas.
Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Tercatat ada sekitar 213.677 jiwa penduduk dengan tingkat kepadatan 39.496 jiwa
per km persegi. Tak heran jika kawasan ini menyandang predikat sebagai kawasan
terpadat se-Asia Tenggara. Begitu banyak masalah-masalah sosial yang timbul,
utamanyatingkat kemiskinan yang tinggi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan
indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat keharusan
bagi pengurangan tingkat kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya ialah bahwa
pertumbuhan ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar disetiap golongan pendapatan,
termasuk di golongan penduduk miskin. Secara langsung, hal ini berarti
pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi di sektor-sektor dimana penduduk
miskin bekerja yaitu sektor pertanian atau sektor yang padat karya seperti
kecamatan Tambora ini.Hal ini tidak lepas dari masalah-masalah demografi yaitu
Natalitas, Mortalitas hingga ke Imigrasi.
Natalitas atau kelahiran merupakan
salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi,jumlah kelahiran
setiap tahun di Indonesia masih besar, jumlah bayi yang lahir setelah tahun
2000 masih tetap banyak jumlahnya tiap-tiap tahun jumlah kelahiran bayi di
Indonesia mencapai sekitar 4,5 juta bayi
Mortalitas atau kematian merupakan
salah satu dari 3 faktor demogarafis selain fertilitas dan migrasi, yang dapat
mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk, factor social ekonomi seperti
pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, serta kemiskinan
merupakan factor individu dan keluarga mempengaruhi mortalitas dalam
masyarakat.
Migrasi adalah merupakan gerak
perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain dengan tujuan untuk
menetap di daerah tujuan, migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang
relative permanen dari suatu daerah ke daerah lainnya (orangnya disebut
migran).
Pertumbuhan penduduk, kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan
akar permasalahan kemiskinan. Jadi aspek demografis mempunyai kaitan erat
dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini. Daerah
miskin sering ditinggalkan penduduknya untuk bermigrasi ke tempat lain dengan
alasan mencari kerja.
Pada kecamatan
Tambora, hubungan antara Natalitas dan Mortalitas berbanding terbalik.
Tingginya tingkat masalah Natalitas sangat berbanding terbalik dengan masalah
Mortalitas hingga terjadi kepadatan penduduk yang sulit ditekan. Hal ini memicu
masalah tingkat kemiskinan yang semakin tinggi.
Berikut data
kependudukan di kecamatan Tambora
NO KELURAHAN LUAS JUMLAH
PENDUDUK WAJIB KTP JUMLAH KK JUMLAH
WILAYAH RT
RW
1 2
3 4 5 6 7
8
1 KALI ANYAR 31.80
Ha 28,750 25,308 9,418
101 9
2 DURI UTARA 40.50
Ha 23,639 17,221 7,145 93
8
3 DURI SELATAN 34.40 Ha 17,178
13,576 5,207 70
6
4 TANAH SEREAL 61.57 Ha 29,955
22,988 10,789 158
15
6 JEMB.BESI 55.31
Ha 35,999 22,012 10,064 100
10
7 ANGKE 77.79 Ha 34,584
27,690 11,507 139
11
8 JEMB.LIMA 46.31
Ha 24,815 18,975 8,082 107
8
9 TAMBORA 28.23
Ha 13,059 9,874 4,376 59
7
10 PEKOJAN 77.80
Ha 27,514 21,587 8,748 144
12
11 ROA MALAKA 53.10 Ha 4,587 3,820 1,635
27
3
JUMLAH 540.11 Ha 263,846 199,378 80,494 1,082
96
Peta
kecamatan
Tambora. (sumber: google.co.id/image)
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø kemiskinan merupakan
sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks dan harus segera mendapat
penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia sebagai negara
berkembang dan memiliki jumlah penduduk yang besar tentu tidak dapat terhindar
dari masalah tersebut. Ini dibuktikan dengan jumlah penduduk miskin yang besar,
mayoritas tinggal di daerah pedesaan yang sulit untuk diakses bahkan di kota
besar seperti Jakarta pun juga sangat banyak ditemukan masyarakat miskin.
Kemiskinan dapat diartikan dimana seseorang sangat sulit untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari dikarenakan berbagai penyebab salah satunya
adalah rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh.
Ø Faktor-faktor
penentu kemiskinan, yaitu:
1. Pendapatan
Per Kapita Penduduk
Tingginya
pertumbuhan pendapatan per kapita tidak akan terlalu berdampak apabila tidak
disertai dengan perbaikan dalam hal distribusi pendapatan. Perubahan pendapatan
per kapita mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan.
2. Rasio
Ketergantungan Penduduk
Kemiskinan juga
dipengaruhi oleh rasio ketergantungan penduduk. Besarnya penduduk yang
beraktifitas sebagai ibu rumah tangga, menganggur, dan sedang sekolah akan
semakin memperbesar rasio ketergantungan penduduk. Tingkat pendidikan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengurangan faktor penyebab kemiskinan. Faktor
penyebab munculnya rasio ketergantungan adalah adanya tingkat kelahiran yang
tinggi. Penyebab kemiskinan adalah adanya ledakan penduduk yang tidak
terkendali karena ledakan penduduk akan menimbulkan pola hidup yang serba
pas-pasan.
3. Pertumbuhan
Ekonomi
Tidak ada
korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tidak mampu mengurangi munculnya kemiskinan. Karena
pertumbuhan ekonomi yang tinggi justru hanya memicu munculnya kesenjangan
pendapatan dan in-equality.
4. Pengaruh
Penghasilan Terhadap Kemiskinan
Menurut Sumardi
(1983 : 65), penghasilan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek
ekonomi berdasarkan prestasinya yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari
pekerjaan yang telah dilakukannya, pendapatan dari profesi yang dilakukan
sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan serta dari sektor
subsistem.
Ø Pertumbuhan
penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya
kesempatan kerja merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jadi aspek demografis
mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada
saat ini. Daerah miskin sering ditinggalkan penduduknya untuk bermigrasi ke
tempat lain dengan alasan mencari kerja.
Ø Faktor-faktor
Natalitas
·
Faktor-faktor
Pronatalitas (Pendorong natalitas)
1. kawin
pada usia muda
2. anggapan
banyak anak, banyak rezeki
3. tingginya
tingkat pergaulan bebas
4. anggapan
anak laki-laki lebih berharga
·
Faktor-faktor
Antinatalitas (Penghambat natalitas)
1. menunda
usia perkawinan
2. adanya
ketentuan batas usia menikah
Ø faktor-faktor
Mortalitas
·
Faktor-faktor
Promortalitas (Pendorong mortalitas)
1. adanya
bencana alam
2. adanya
peperangan
3. sanitasi
lingkungan yang buruk
4. kecelakaan
lalu lintas
5. tindakan
bunuh diri
·
Faktor-faktor
antimortalitas (Penghambat kematian)
1. sanitasi
lingkungan yang sudah baik
2. perbaikan
gizi masyarakat
3. tingkat
kesejahteraan masyarakat tinggi
4. keberhasilan
ajaran agama untuk melarang bunuh diri
DAFTAR PUSTAKA
·
Ikbal. 2012. Kemiskinan
Sebagai Masalah Sosial. Tersedia dari: https://ikbalkb05.wordpress.com/2012/06/23/kemiskinan-sebagai-masalah-sosial/
. 24 Maret 2015.
·
Noval Alfi. 2012.
Kemiskinan di Jakarta. Tersedia dari: http://alfinoval.blogspot.com/2012/10/kemiskinan-di-dki-jakarta.html 24 Maret 2015.
·
Desnia. 2012. Dampak
Pertumbuhan Penduduk. Tersedia dari: https://pdesnia.wordpress.com/2012/12/24/dampak-pertumbuhan-penduduk/
24 Maret 2015.
·
Dianggraini. 2013.
Teori-teori Kemiskinan. Tersedia dari: http://dianggraini06.blogspot.com/2013/10/teori-teori-kemiskinan.html.
24 Maret 2015.
·
Yuliussatya. 2011.
Natalitas dan Mortalitas. Tersedia dari: http://razor-claws.blogspot.com/2011/10/natalitas-mortalitas.html.
24 Maret 2015.
·
Fastrants. 2014.
Natalitas dan Mortalitas. Tersedia dari: http://fastrans22.blogspot.com/2014/03/natalitas-dan-mortalitas.html.
24 Maret 2015.
·
Yafindo. 2011. Tambora.
Tersedia dari: https://yafindo.wordpress.com/2011/12/12/tambora/.
25 Maret 2014.
·
Vania Agatha. 2012.
Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk. Tersedia dari: http://agathavania.blogspot.com/2012/12/hubungan-antara-pertumbuhan-penduduk.html
25 Maret 2015.
·
Rakhmawati Laely. 2014.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan. Tersedia dari: https://laelyrakhmawati.wordpress.com/2014/04/21/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kemiskinan/.
25 Maret 2015.
Komentar
Posting Komentar